Kamis, 24 Oktober 2013

Membuka Catatan Sejarah: Detik-Detik Proklamasi , 17 Agustus 1945




         Proklamasi  Kemerdekaan, yang kita peringati setiap tanggal 17 Agustus adalah sebuah peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia. Proklamasi , telah mengubah perjalanan sejarah, membangkitkan rakyat dalam semangat kebebasan. Medeka dari segala bentuk penjajahan .
merah-putih.jpg                Bagaimanakah sesungguhnya,  peristiwa yang terjadi 61 tahun yang lalu itu. Mari kita buka kembali catatan sejarah sekitar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Perdebatan proklamasi, ternyata didahului oleh perdebatan hebat antara golongan pemuda dengan golongan tua. Baik golongan tua maupun golongan muda, sesungguhnya sama sama menginginkan secepatnya dilakukan proklamasi kemerdekaan dalam suasana kekosongan kekuasaan dari tangan pemerintah Jepang. Hanya saja, mengenai cara melaksanakan proklamasi itu terdapat perbedaan pendapat. Golongan tua , sesuai dengan perhitungan politiknya, berpendapat bahwa Indonesia dapat merdeka tanpa pertumbahan darah, jika tetap bekerja sama dengan Jepang.
Indonesian_flag_raised_17_August_1945.jpg                Karena itu, untuk memproklamasikan kemerdekaan,diperlukan suatu revolusi yang terorganisir. Soekarno dan Hatta , 2 tokoh golongan tua, bermaksud membicarakan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan dalama rapat panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dengan cara itu, pelaksanaan proklamasi kemerdekaan tidak menyimpang dari ketetuan pemerintahan Jepang. Sikap inilah yang tidak disetujui oleh golongan pemuda. Mereka menganggap, bahwa PPKI adalah badan buatan Jepang. Sebaliknya, golongan pemuda menghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan itu, dengan kekuatan sendiri. Lepas sama sekali dari campur tangan pemerintah Jepang.
                Perbedaan pendapat ini, mengakibatkan penekanan-penekanan golongan pemuda kepada golongan tua yang mendorong mereka

Melakukan aksi penculikan terhadap diri Soekarno-Hatta (lihat Marwati Djoened Poeponegoro, ed. 1984 : 77-81).
                Tanggal 15 Agustus 1945, kira kira pukul 22.00, dijalan pegangsaan timur no. 56 Jakarta tempat kediaman Bung Karno , berlangsung pedebatan serius antara sekelompok pemuda dengan Bung Karno mengenai proklamasi kemerdekaan sebagaimana dilukiskan Lasmidjah Hardi (1984:58) ; Ahmad Soebarjo (1978:85-87) sebagai berikut :
                “Sekarang Bung, sekarang! Mala mini juga kita kobarkan revolusi!” Katan Chaerul Saleh dengan meyakinkan bung karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung kota dengan maksud mengusir tentara Jepang. “ kita harus segera merebut kukasaan!” tukas Sukarni berapi api. “ kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami !” seru mereka bersahutan. Wikana malah berani mengancam Soekarno dengan pernyataan; “ jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar besaran esok hari.”

                Mendengar kata-kata ancaman seperti itu, Soekarno naik darah dan berdiri menuju Wikana sambil berkata: “ ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku mala mini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari!”. Hatta kemudian memperingatkan Wikana; “… Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha untuk  kembali menjadi tuan dinegeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdakaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri? Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu?”.